Untuk sementara, saya menghilangkan diri sebentar. Keterikatan dengan rutinitas media sosial yang penuh kepura-puraan dan keanehan melukakan sukma. Saya berkeputusan untuk berkelana ke negeri kosong tidak bernama bertempat di penjuru jiwa saya. Di situ terbentang taman lengang, diisi sebuah bangku tua bertemankan beberapa pohon yang kering. Ya, seperti foto di atas, begitulah latar nubari saya. Segala-galanya sunyi dan sendiri. Tetapi bukankah itu hakikat diri seorang insan - senyap dan sendiri? Mungkin ini waktu paling tepat saya menemukan diri. Setidak-tidaknya, saya berintrospeksi - memahami atmosfir jiwa yang maha-sepi ini.
Saya didesak tanpa belas kasihan oleh sesuatu yang berdaya magis, jangan tanya apa - saya juga buntu. Rahsia dan rasa cuba membuli, mempersenda takdir solitud ini. Barangkali saya terlambat mengenal dosa sebuah keheningan. Saya mahu berlari, saudara, ke mana-mana sahaja asalkan bukan di sini. Bersungguh saya ingin meninggalkan barisan warna yang mengekori. Tidak ada lebih memedihkan selain kelumpuhan cuaca di daerah Diri yang semakin dangkal. Tidak ada. Maka saya ingin menyembuhkannya- benarkanlah saya berundur dulu. Benarkanlah —
Comments
Post a Comment