Dia merentasi Waktu. Dialah yang meniup ruh kepada Waktu lalu menggerakkannya. Saya percaya - ketika mata Waktu terbuka; dari saat hingga zaman; Ia adalah petala sejarah yang tebal dan bertangga-tangga. Hakikatnya; sekarang kita berada di antara selingan zaman yang bercampur-aduk warna kenangan dan masa hadapan. Mata fikir saya menyaksikan seribu peristiwa - dari alam Rahim sehinggalah di mana saya berada kini- di hadapan skrin komputer dan menaip entri kecil ini. Saya melihat saya sedang menaip tentang Waktu dan segala-galanya cuma repetisi. Aneh, saya terasa benar-benar kerdil, malah untuk sekian lama - saya sungguh takut pada ketentuan (sedangkan kita dididik untuk yakin kepada ikrar Qada' dan Qadar?) 

Dalam mimpi saya bertemu dengan Sang Pencinta yang memiliki filsafat ampuh- meski dalam kesamaran wajah - kami bersama jatuh ke lembah ketidaktahuan lalu kami dikembalikan ke kota tidak bernama - kota itu berona kelabu dan riuh. Sekali lagi, kami jatuh ke lembah yang sama dan begitulah pengulangan. Sureal amat. Saya seolah di luar mandala waktu - seakan didampingi Dewa Kronos (atau Malaikat?) ke sebuah terowong berdinding pekat kirmizi. Bukan Gehinnom, bukan Inferno atau bukan Naraka - ternyata sebahagian kamar batin.

(Kita tidak akan pernah mengenal keseluruhan Dzat-Nya bahkan rahsia Waktu di dalam saku takdir; hanya cukup kita mengenal nama-nama-Nya di antara ribuan buih ombak; mengenal suara kehidupan yang bernyanyi-nyanyi di padang gersang - iaitu wilayah jiwa yang kering - memerlukan air!)

Comments

Popular posts from this blog