Malam Berbintang
Luka benarkah telingamu
pisau menghiris duka..
(Bunga Matahari, Siti Zainon Ismail)

Nikmat paling major, besar dan hebat adalah nikmat berseni. Dalam keluarga, sayalah satu-satunya yang mencetus dunia seni visual di dalam rumah kami. Ketika saya kanak-kanak; melukis adalah satu-satunya cara untuk saya memasuki pintu imaginasi tanpa memerlukan kunci. Kemudian, saya lanjutkan keghairahan saya yang muluk kepada dunia seni halus sehinggalah lewat remaja. Meski sekarang, haluan cita-cita sudah berubah menyimpang ke tikungan lebih panjang - kini negeri saya huni adalah dunia kota bahasa; desa bahasa, suara sastra- saya akan sesekali menangkap warna dan merakamkan semula pada dada kanvas yang selalu melembar putih sunyi. Di kamar peribadi, teratur masih di rak- himpunan buku lakaran dan kuas-kuas beraneka bentuk mata. Persis Pago-Pago, saya mahu bikin sajak-sajak juga. Ah, sungguh saya rindu untuk menterjemahkan budi pada muka kosong yang tidak pernah ingkar tumpahan warna jiwa. 

Terima kasih Bonda, Ayahanda - kalian tidak pernah mengepit sayap-sayap dan membiarkan ia tumbuh-besar lalu menerbangkan saya- mencari diri.

Comments

Popular posts from this blog